Research Center for Climate Change
Universitas Negeri Padang

Kepala RCCC Tampil di Sitanang, 50 Kota Sumatra Barat

Dr. Nofi Yendri Sudiar, M.Si, yang merupakan Kepala RCCC-UNP dan dosen serta peneliti di Departemen Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Padang, memaparkan hasil risetnya di nagari Sitanang, Lareh Sago Halaban, Kabupaten 50 Kota pada hari Kamis 15 September 2022. Beliau tampil sebagai salah satu dari dua orang narasumber dalam Pengabdian Masyarakat yang diadakan oleh Tim Riset Kolaborasi Indonesia (RKI) yang terdiri dari Dr. Hamdi, M.Si dari UNP, Dr. Siti Zulaikah, M.Si dari Universitas Negeri Malang, Drs. Ferdinal, MA, PhD dari Universitas Andalas, dan Dr. Dini Fitriani, M. Si dari Universitas Padjadjaran. Tema Pengabdian Masyarakat kali ini adalah Kenyamanan Kawasan Wisata Berbasis Iklim.

Ada pun narasumber lainnya adalah Media Sentosa, S.Pd., kandidat master di Pascasarjana FMIPA UNP yang memaparkan hasil temuan penelitiannya mengenai Sistem Penerangan Gua Berbasis Mikrokontroller Arduino dengan menggunakan sensor HCR-04. Pengabdian kepada masyarakat ini diikuti oleh semua elemen masyarakat yang ada di Nagari Sitanang serta sejumlah pemangku kepentingan seperti Bupati 50 Kota, Anggota DPRD 50 Kota, jajaran Forkopimkab dan Forkop, pimpinan nagari, guru, pokdarwis dan anggota masyarakat umum.

Berbicara secara daring, Dr. Nofi Yendri Sudiar mengatakan bahwa pariwisata telah menjadi industri penting di seluruh dunia termasuk di Indonesia dan industri ini rentan terhadap perubahan iklim. Dia melanjutkan, menurut sejumlah ahli, cuaca merupakan pertimbangan penting dalam memilih tujuan wisata. Pariwisata berbasis alam seperti gua-gua di Halaban, sangat bergantung pada pengaruh negatif oleh variabilitas iklim.

Menurut Dr. Nofi, pengelolaan wisata di Indonesia perlu mempertimbangkan iklim sebagai salah satu faktor kenyamanan dalam berwisata. Dia menjelaskan bahwa pengelola pariwisata perlu memperhatikan indeks kenyamanan iklim, termasuk termal yang merupakan integrasi efek dari suhu, kelembaban, angin, radiasi matahari, radiasi gelombang panjang dan tingkat metabolisme. Sementara indeks iklim fisik terdiri dari kecepatan angin, curah hujan, kualitas udara, cuaca ekstrim, dan tingkat kebisingan, indeks  estetika  terdiri dari sinar matahari, visibilitas dan panjang hari.Untuk mengatasi masalah ini, Dr. Nofi mengembangkan sebuah Aplikasi Kenyamanan Berbasis Iklim. Aplikasi ini bisa digunakan oleh siapa saja secara luas baik sebelum atau sedang berwisata di suatu tempat wisata.

Sementara itu, Media Sentosa dalam paparan luringnya mengatakan, Sumatra Barat menawarkan banyak destinasi wisata alam, termasuk Gua Rantai yang ada di Nagari Batu Payuang, Halaban, 50 Kota. Sebagai salah satu gua yang belum menjadi destinasi publik, gua ini ternyata belum dilengkapi dengan penerangan yang cukup sehingga pengunjung harus mempersiapkan sendiri penerangan ketika memasuki gua ini. Diharapkan alat yang dirancang untuk digunakan dalam penelusuran gua ini dapat menjadi alternatif yang bisa digunakan ketika melakukan observasi di gua. [MIG]